Yuk Jelajahi Museum-museum yang Ada Di Jawa Tengah !

Bila ingin tahu lebih banyak mengenai perjalanan sejarah dan budaya suatu wilayah, maka kunjungilah museum-museum di wilayah tersebut. Sebagai daerah yang syarat akan sejarah dan budaya, Pesona Jawa Tengah bukan hanya tentang keindahan wisata alamnya saja, namun juga terdapat berbagai museum yang patut dimasukkan ke dalam list destinasi pelesiran Anda.
Minat berkunjung ke museum memang belum seberapa tinggi bila dibanding wisata lainnya. Namun sebenarnya berwisata ke museum dapat menjadi alternatif cerdas dikarenakan dapat menghilangkan stress juga dapat memperkaya wawasan. Berikut pesona museum-museum yang tersebar di berbagai kota dan kabupaten di Jawa Tengah yang berhasil dirangkum Alfiandi’s Blog.


Menengok sejarah bank tertua di Indonesia di Museum BRI
Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank terbesar dan tertua yang ada di republik ini. Selama lebih dari seabad perjalanannya, sejarah keberadaan BRI tidak bisa dilepaskan dari Kabupaten Banyumas. Di kabupaten yang mayoritas penduduknya menggunakan dialek Ngapak ini, Raden Bei Aria Wiraatmadja, yang saat itu menjabat Patih Banyumas, merintis berdirinya cikal-bakal BRI pada 16 Desember 1895.
(dolanbanyumas.weebly.com)

Setelah hampir 10 dekade berlalu, gedung lama dan pertama BRI yang bertempat di Jalan Sudirman No 57, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, diresmikan menjadi sebuah museum pada 19 Desember 1990 oleh Dirut BRI kala itu, Karmady Arief.
(www.trendpurwokerto.com)

Di dalam museum pengunjung dapat melihat-lihat koleksi barang-barang peninggalan milik Raden Bei Aria Wiraatmadja hingga mesin-mesin perbankan yang bersejarah. Tak ketinggalan pula koleksi uang koin zaman Majapahit serta uang-uang kertas Cina, Jepang, VOC, sampai era kemerdekaan.
(rudysalam18.blogspot.com)


Ini dia museum jamu pertama di Indonesia
Kendati perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan semakin pesat seiring kemajuan zaman, namun jamu tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Tak peduli di desa maupun di kota besar, hingga kini masih ditemukan orang-orang yang tetap percaya akan khasiat jamu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, baik untuk keperluan pengobatan maupun sekedar menjaga kebugaran. Di Semarang terdapat museum jamu pertama di Indonesia, yaitu Museum Jamu Nyonya Meneer. Museum yang didirikan pada 18 Januari 1984 tersebut berlokasi di Jalan Kaligawe km 4 Semarang, di seberang kampus Universitas Sultan Agung.
(museumku.files.wordpress.com)

Seperti yang diketahui, Nyonya Meneer merupakan salah satu pionir produsen jamu tradisional. Beberapa dekade lalu, berawal dari meracik jamu untuk sang suami yang kala itu sedang sakit, tak di sangka racikannya tersebar ke masyarakat luas. Hingga kini Jamu Nyonya Meneer tetap lestari dan menjadi brand yang mempunyai nama besar, tentunya dengan skala produksi yang lebih besar pula dan proses yang lebih modern pula.
(www.indonesiakaya.com)

Masuk ke dalam museum pengunjung akan dimanjakan dengan gaya arsitektur bangunan bercorak Jawa klasik yang indah. Di dalamnya tersimpan koleksi alat-alat tradisional pembuatan jamu milik Nyonya Meneer pada masa lalu serta berapa jamu hasil buatan beliau. Tak hanya itu, terdapat pula patung diorama yang menggambarkan proses produksi jamu tradisional. Juga turut dipamerkan pula beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan-bahan membuat jamu.
(www.jalansanasini.com)


Lebih dekat dengan sosok perintis emansipasi wanita asal Jepara
Untuk mengenang perjuangan R.A Kartini, pada 21 April 1977 diresmikanlah sebuah museum di utara pendopo Kabupaten Jepara oleh bupati saat itu, Soedikto. Bangunannya terdiri dari tiga gedung yang bila dilihat dari atas masing-masing membentuk huruf K, T, dan N yang merupakan kependekan dari “KARTINI”.
(upload.wikimedia.org)

Didalamnya terpajang benda-benda peninggalan R.A. Kartini beserta kakaknya R.M.P Sosrokartono seperti foto, buku, kursi radio, dan lainnya. Disamping itu pengunjung dapat menjumpai pula benda-benda bersejarah lain hasil temuan di wilayah Kabupaten Jepara semisal kerajinan ukir, transportasi jadul, hingga tulang ikan raksasa seberat 6 ton dengan panjang 16 meter yang ditemukan di perarairan Karimun Jawa, sebelah utara Jepara.
(usimages.detik.com)

Bergeser ke timur, di Desa Kutoharjo, Rembang, tepatnya di sebuah rumah bergaya kuno yang dijadikan museum dengan nama Museum Kamar Pengabdian RA Kartini. Di usia yang ke 24 tahun, Kartini menikah dengan Bupati Rembang, Adipati Djojo Diningrat. Dahulu beliau menempati salah satu kamar bagian depan rumah ini yang di dalamnya kini pengunjung masih dapat melihat benda-benda peninggalan seperti tulisan dan lukisan asli Kartini, buku, surat, foto, mesin jahit, tempat tidur, bathup, meja makan, piring, lesung hingga tempat merawat bayi. RA Kartini wafat di usia yang relatif muda 25 tahun setelah melahirkan anak pertamanya.
(backpackersibolang.blogspot.com)


Berwisata edukasi sejarah dan geografi di Museum Karst
Sebagian pesisir selatan Pulau Jawa seperti Pacitan, Wonogiri, dan Gunung Kidul memiliki kontur alam yang lain dari yang lain, yaitu dengan ciri khas wilayah yang cenderung kering berbatu. Namun kondisi tersebut tak lantas mengurangi keindahan alamnya, sebaliknya justru semakin mempercantik panorama. Terbukti dengan ditemukannya pantai-pantai elok dengan karang-karang menawan serta gua-gua indah bentukan alam.
Jawa Tengah sangat beruntung dikarenakan di wilayah provinsi tersebut, yaitu Wonogiri, termasuk salah satu yang memiliki kontur bebatuan yang mudah larut (karst) seperti batu kupur/gamping dan marmer. Tak salah bila pada 30 Juni 2009 presiden SBY beserta kementerian ESDM kala itu meresmikan sebuah museum yang berfungsi sebagai wisata edukasi sejarah dan geografi, tempat konservasi, serta penelitian karst beskala internasional. Kawasan Museum Karst ini berada di atas perbukitan karst Gunung Sewu, tepatnya di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri.
(solopos.com)

Bangunan museum yang berarsitek unik menyerupai piramida ini memiliki tiga lantai. Lantai pertama menyimpan replika gua, replika perbukitan karst, diorama tentang sejarah terbentuknya bumi, kondisi air-tanah kawasan karst, hingga konservasi kawasan karst. Lantai di atasnya menampilkan peta sebaran kawasan karst di dunia, asal-usul terjadinya karst, hingga sampel berbagai jenis batuan. Sedangkan lantai teratas dipakai untuk pemutaran film dokumenter. Sebagai tambahan, tak jauh dari lokasi museum dapat ditemukan gua-gua karst dengan stalaktit dan stalagmit mengagumkan yang diperkirakan sebagai hasil bentukan erosi bawah tanah batuan.
(tekooo.com)


Berwisata religi sekaligus belajar sejarah Islam di Museum Masjid Agung Demak
Demak pernah menjadi salah satu pusat peradaban Islam terbesar di nusantara. Sekitar abad ke-15 silam berdirilah pusat pemerintahan dari Kesultanan Demak Bintoro, sebuah kerajaan bernafaskan Islam pertama di tanah Jawa. Disamping itu, kota ini juga dijadikan pusat penyebaran Islam pada masa awal perkembangannya di nusantara dan juga tempat berkumpulnya para wali, hingga Demak diberi sebutan sebagai Kota Wali.
(www.pusakaindonesia.org)

Sampai sekarang masih terlihat jejak-jejak sejarah dan akulturasi kebudayaan Jawa dan Islam di kota ini. Salah satu bukti akulturasi budaya kala itu dapat dilihat pada arsitektur Masjid Agung Demak yang syarat filosofi, dan tetap berdiri kokoh hingga kini serta menjadi landmark terkenal kota Demak.
(usimages.detik.com)

Di dalam kompleks Masjid Agung terdapat sebuah museum. Seperti yang telah diketahui, masjid ini dibangun secara gotong royong oleh para Waliyullah dan Sultan Demak yang pertama, Raden Patah. Maka di dalam museum pengunjung dapat melihat-lihat benda-benda bersejarah seperti bedug dan sokoguru (tiang penyangga masjid) peninggalan wali songo. Dapat ditemui pula koleksi gentong dari Dinasti Ming hadiah dari putri Campa, sirap, kentongan, Pintu Bledeg ukiran Ki Ageng Selo, prasasti-prasasti kayu, kayu tiang tatal buatan Kanjeng Sunan Kalijaga, hingga foto-foto Masjid Agung Demak tempo dulu. Jadi bagi siapa saja yang ingin berwisata religi sekaligus mempelajari sejarah penyebaran Islam silakan saja datang ke museum yang berlokasi di Jalan Sultan Fatah, tak jauh dari alun-alun Demak.
(www.museumindonesia.com)


Jalan-jalan ke Kota Batik mampir ke Museum Batik
Kota batik di Pekalongan.. Bukan Jogja, bukan Solo.. Gadis cantik jadi pujaan..” Merupakan penggalan lirik dari lagu milik grup band Slank yang seakan menegaskan eksistensi Pekalongan sebagai daerah penghasil batik. Meskipun batik merupakan busana kebanggaan nasional dan setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas batik masing-masing, namun tak bisa dipungkiri bila kota yang berada di jalur Pantura Jawa ini layak menempati urutan teratas. Sebagai salah satu wilayah dengan sentra penghasil batik terbesar dan memiliki ciri khasnya sendiri, tak heran bila Pekalongan ini dijuluki sebagai Kota Batik, bahkan kota ini dipilih UNESCO sebagai kota kreatif untuk kategori kerajinan dan kesenian rakyat.
(dewirieka.com)

Kurang sah rasanya bila di kota yang mendapat julukan Kota Batik tidak memiliki museum untuk mendokumentasikannya. Oleh karenanya pada pada 12 Juli 2006 diresmikanlah Museum Batik Pekalongan kala itu oleh Presiden SBY bertempat di Jalan Jetayu No. 1 sebagai data pusat informasi mengenai batik, pusat riset dan pengembangan ilmu desain batik, perpustakaan, serta acuan dalam hal perbatikan.
(www.pegipegi.com)

Di dalam gedung peninggalan kolonial tersebut dapat dijumpai berbagai macam batik mulai dari batik klasik, batik lawasan, hingga batik kontemporer. Batik-batik tersebut tentunya bukan hanya berasal dari Pekalongan saja namun juga bersal dari berbagai daerah nusantara seperti Cirebon, Lasem, Jogja, Solo, Bogor, Lampung, Madura, Bali, bahkan Papua! Juga turut dipamerkan alat-alat pembuatan batik seperti berbagai jenis canting dan pewarna alami. Oh ya, di museum ini juga terdapat ruang workshop lho. Dimana pengunjung dapat mencoba langsung kegiatan membatik baik batik tulis maupun batik cetak/cap. Benar-benar wisata yang sangat edukatif sekali kan.
(backpackerjakarta.com)


Jangan lupa mampir ke Museum Mandala Bhakti bila berkunjung ke Semarang
Sebagai kota terbesar di Jawa Tengah dan juga pusat kebudayaan, tak salah bila Semarang selalu punya cerita dari masa ke masa. Tak terkecuali cerita tentang perjuangan bangsa. Untuk mendokumentasikannya dibangunlah sebuah museum yang berada di Jalan Soegijapranata No. 1. Letaknya yang sangat strategis karena berada tepat di depan Tugu Muda, landmark tersohor kota ini.
(www.semarangplus.com)

Bangunan museum merupakan karya sang arsitek Balanda I. Kuhr E. ini mulai berdiri sejak 1930-an dan sempat beberapa kali berubah fungsi. Mulai saat digunakan sebagai pengadilan tinggi bagi golongan Eropa, Markas Kodam Diponegoro, hingga dialih fungsikan sebagai museum pada 1985 lalu.
(joglosemarang.blogspot.com)

Melangkah masuk ke dalam, pengunjung akan disuguhi sejarah perjalanan Kodam Diponegoro mulai dari perang kemerdekaan. Di sana terpajang berbagai jenis persenjataan TNI baik yang tradisional (bambu runcing, busur, tombak, dll) maupun modern (pistol, senapan, artileri, dll). Yang menarik tentu adanya pistol legendaris produksi Nazi, Luger, yang di peroleh dari hasil rampasan dari penjajah Belanda dan juga machine gun Browning yang menjadi saksi bisu Pertempuran Lima Hari, salah satu palagan paling dahsyat di era revolusi yang terjadi di Semarang. Dapat dilihat pula foto-foto, data, dan dokumentasi sejarah lainnya. Di lain ruangan terpampang aneka seragam militer mulai dari era PETA, Heiho, BKR, TKR, hingga TNI kini.
(id.wipedia.org)


Menikmati keindahan benda-benda pusaka di Museum Pusaka Tosan Aji
Sejak zaman dahulu, masyarakat nusantara dikenal sebagai jiwa-jiwa yang memiliki cita rasa seni tinggi. Perkakas yang digunakan sehari-hari pun tak lepas dari sentuhan seni.
(blog.uad.ac.id)

Di museum yang terletak di sisi selatan Alun-alun Purworejo ini tersimpan berbagai jenis pusaka bernilai seni budaya mulai dari keris-keris legendaris, tombak, pedang, kujang, cundrik, hingga ganggrang. Tak hanya pusaka yang berupa senjata, di sini kita juga dapat menjumpai gamelan Kyai Cokronegoro, guci kuno, pakaian kraton, lingga semu, serta batu lumpang. Kabarnya, di museum ini juga terdapat action figure asli Indonesia yang melegenda, Jenglot. “ada (warga) yang titip Jenglot tapi kami tidak mau membeberkan soal itu” Kata Purwanto, didampingi Hartono, pegawai Museum Tosan Aji.
(widagdomustika.blogspot.com)

Museum ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada 13 April 1987 di Pendopo Kawedanan Kutoarjo sebelum dipindahkan ke Purworejo pada 10 Juni 2001 tepatnya di Jalan Mayjend Sutoyo No. 10.


Berjumpa dengan manusia-manusia purba di Museum Sangiran
Sangiran merupakan wilayah yang menjadi situs warisan dunia UNESCO seluas 56 kilometer persegi di kaki Gunung Lawu. Di area tersebut banyak ditemukan fosil purbakala. Tepatnya di Kalijambe, Sragen, terdapat Museum Purbakala Sangiran yang merupakan arena penelitian kehidupan prasejarah terlengkap di dunia.
(telusurindonesia.com)

Cikal bakal museum ini berawal dari penggalian tim G.H.R von Koenigswald, seorang paleoantropologi Jerman yang berkeja untuk Belanda. Von Koenigswald berjasa melatih masyarakat setempat mengenai tata cara yang benar dalam memperlakukan fosil yang memang banyak ditemukan di wilayah itu. Hasil temuan lalu dikumpulkan di rumah kepala desa, Toto Marsono dan mulai banyak dikunjungi wisatawan. Baru tahun 1980 dibangunlah sebuah museum di sebelah balai desa dikarenakan semakin banyaknya fosil yang ditemukan. 
(siskanurifah.wordpress.com)

Di museum ini kita dapat mengamati fosil manusia purba, fosil hewan, perkakas zaman purba, batu meteor, diorama kehidupan zaman purba, ruang audio visual untuk pemutaran film dokumenter prasejarah. 
(pbs.twimg.com)


Satu-satunya museum gula di ASEAN hanya ada di Jawa Tengah
Nusantara merupakan tanah yang kaya hasil bumi. Hal ini lah yang dahulu menarik minat bangsa-bangsa Eropa untuk menancapkan kukunya guna menjajah Indonesia. Museum Gula Jawa Tengah atau yang lebih dikenal dengan Gondang Winangoen merupakan satu-satunya museum gula di ASEAN. Jadi tak heran bila agaknya museum ini belum terlalu dikenal, termasuk oleh masyarakat Indonesia sendiri.
(jejakbocahilang.wordpress.com)

Berlokasi di Jalan Yogyakarta-Solo Km. 25, Kecamatan Jogonalan, Klaten, museum ini dulunya merupakan bagian dari Pabrik Gula (PG) Gondang yang didirikan oleh NV Klatensche Cultuur Maatscahapij yang berkedudukan di Amsterdam Belanda pada tahun 1860. Di dalam museum terdapat replika pembuatan gula, diorama pabrik gula, foto-foto bersejarah, alat-alat komunikasi zaman kolonial, alat dan mesin pemroses tebu, lokomotif kereta tebu, peta perkebunan tebu di seluruh Jawa Tengah, dan tak ketinggalan kereta wisata pabrik untuk berkeliling lokasi. Selain belajar sejarah, di tempat ini pengunjung juga bisa menambah pengetahuan tentang proses produksi gula.
(coretanpetualang.wordpress.com)


Mengetahui rekor apa saja yang telah dicapai oleh anak bangsa
Museum Rekor Dunia Indonesia berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No 275, Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang. Didirikan pada tanggal 27 Januari 1990 oleh Jaya Suprana bekerjasama dengan PT Jamu Jago.
(oldlook.indonesia.travel)

Di dalamnya tersimpan rapi ribuan catatan dan dokumentasi mengenai data rekor atau prestasi superlatif yang terjadi di Indonesia. Selain sebagai museum, museum yang dulunya bernama Museum Rekor Indonesia (MURI) ini juga merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bertugas menghimpun data dan menganugrahkan penghargaan terhadap prestasi superlatif karsa dan karya anak bangsa, baik itu yang menjadi rekor nasional maupun rekor dunia.
(semarang.onwae.com)


Belajar sejarah kereta api sekaligus jalan-jalan naik kereta jadul
Kerata api merupakan moda transportasi masal yang digunakan hampir di seluruh negara di dunia, termasuk negara kita. Di Indonesia sendiri, sejarah perkereta-apian sudah dimulai sejak zaman kolonial yang kala itu masih berteknologi penggerak menggunakan tenaga uap.

(birohumas.jatengprov.go.id)
Museum Kerata Api Ambarawa pada zaman pra kemerdekaan merupakan sebuah stasiun dan baru dialihfungsikan sebagai museum pada 6 Oktober 1976. Ambarawa pada masa kolonial adalah sebuah kota militer. Guna meningkatkan mobilisasi legiunnya, maka pada 21 Mei 1873 dibangunlah sebuah stasiun baru yang dinamakan Stasiun Willem I, merujuk pada nama penguasa Negeri Belanda kala itu.
(www.semarangplus.com)
Di sekeliling areal museum yang berlokasi di Jalan Stasiun No 1 Ambarawa ini, terparkir deretan lokomotif antik berbagai tipe, ada yang menggunakan bahan bakar kayu hingga residu. Di dalam museum pengunjung bisa menemukan peralatan operasional stasiun pada masa itu. Perlu diketahui bila stasiun ini merupakan salah satu stasiun dengan sarana terlengkap di masanya. Tak heran bila banyak peralatan yang ditemukan seperti mesin hitung mirip kalkulator, sempoa, aneka alat komunikasi berupa berbagai jenis telpon, kotak pos, telegraf, lonceng kereta, peluit petugas, dan masih banyak lagi. 

(www.lihat.co.id)
 
Salah satu yang menarik perhatian adalah mesin pencetak tiket yang bahkan masih digunakan hingga 2009. Selain itu pengunjung masih bisa merasakan sensasi touring menikmati panorama Kota Ambarawa, melewati persawahan, atau melintasi tepian Rawa Pening serta indahnya pegungungan Ungaran dan Merbabu dengan menaiki kereta wisata dengan beberapa rute berbeda. Salah satu kereta tersebut menggunakan gerigi pada bagian tengah diantara kedua rodanya. Dengan melewati rel yang dirancang khusus kereta akan mampu berjalan di medan yang menanjak sekalipun.


Jelajahi Museum Kretek yang ada di Kabupaten Kudus
Kudus dikenal sebagai asal muasal industri kretek. Oleh karenanya Kudus mendapat julukan sebagai Kota Kretek. Konon, kretek bermula dari penemuan H. Djamari, penduduk asli Kudus, pada akhir abad ke- 19. Setelah lebih dari seabad berlalu, kini kretek seolah tak hanya menjadi kearifan lokal yang mengakar pada kebudayaan masyarakat setempat, namun juga berkontribusi besar dalam menggerakkan perekonomian daerah.
(www.101wisata.com)
Bila berkunjung ke Kudus, tidak ada salahnya mampir ke Museum Kretek yang berada di Jalan Getas Pejaten No 155. Tak sulit menjumpai museum ini dikarenakan bangunan museum yang cukup unik berarsitektur rumah adat dan surau gaya Kudus yang berdiri indah di atas lahan seluas 2 hektar. Museum ini didirikan guna menunjukkan bahwa kretek berkembang sangat pesat di Tanah Jawa, khususnya di Kudus.

(picture.triptus.com)
Di museum yang diremikan pada 3 Oktober 1986 tersebut, pengunjung dapat menambah wawasan mengenai sejarah kretek hingga diorama proses produksi kretek, baik secara manual maupun menggunakan mesin tradisional dan juga modern. Disamping itu bisa dilihat juga berbagai macam perlengkapan produksi serta foto tokoh-tokoh yang berperan penting dalam memajukan industri tersebut di Indonesia. Di sekitar museum, juga dilengkapi dengan wahana lain seperti mini bioskop dan kolam renang.

(www.cigarskruie.com)
Napak tilas jejak-jejak sang panglima gerilya
Jenderal Soedirman merupakan putra kelahiran Purbalingga. Ketika Belanda berniat kembali menjajah pasca proklamasi, beliau mengadakan perlawanan secara gerilya kendati tengah dalam kondisi sakit. Selama 7 bulan, Soedirman beserta pasukan TKR mengadakan gerilya menyusuri hutan-hutan hingga ke bagian timur Pulau Jawa. Perjuangan mereka tak sia-sia, akhirnya Belanda dipaksa mengakui kedaulatan Indonesia. Sayangnya, sebulan setelahnya, beliau dipanggil menghadap Sang Khaliq akibat penyakit TBC yang diderita makin parah.

(bocahporka.blogspot.com)
Untuk mengenang beliau, kini di rumah kelahirannya yang terletak di Desa Bantar Barang dijadikan museum. Di depan museum, pengunjung akan disambut dengan patung sang jenderal besar yang berdiri gagah. Di dalam rumah tersebut dapat kita temui barang-barang milik keluarga Soedirman seperti dipan, kursi, lemari, lampu minyak tradisional, sampai ayunan bayi untuk menimang Soedirman kecil. Di museum ini terpahat ukiran relief sepanjang 10 meter yang menggambarkan kisah perjalanan hidup Soedirman mulai bayi, remaja, hingga masa pergerakan perjuangan. Dapat dijumpai juga replika kereta kuda dan tandu bambu yang digunakan saat masa gerilya. Di luar area museum terdapat tempat perkemahan yang mencerminkan bahwa sang jenderal merupakan anggota kepramukaan di masa mudanya.

(www.kompasiana.com/wardhanahendra)

Melihat koleksi uang dari masa ke masa di Museum Uang Purbalingga
Oh, uang… Oh, lagi-lagi uang..” Begitulah sepenggal bait lagu milik lady rocker Indonesia, Nicky Astria. Uang memang telah menjadi bagian penting dalam peradaban manusia, dari masa lampau hingga saat ini. Tentunya uang telah mengalami perubahan dari masa ke masa. 

(yudhistira31.files.wordpress.com)
 
Di museum ini pengunjung dapat melihat koleksi berbagai mata uang yang berasal dari 184 negara. Untuk koleksi dalam negeri, kita bisa menemukan uang mulai dari era Kerajaan Majapahit, era VOC, era Hindia-Belanda, penjajahan Jepang, masa pra kemerdekaan hingga saat ini. Guna memanjakan pengunjung, jenis-jenis mata uang tersebut sudah dikelompokkan dan tentunya terawat dengan baik.

(www.lpm-projustitia.com)
Museum yang beralamat di Jalan Kutasari Kabupaten Purbalingga ini diresmikan oleh Bupati Purbalingga kala itu, Trijono Budi Sasongko, pada tanggal 18 Desember 2008.


Melihat koleksi wayang sekaligus napak tilas di rumah masa kecil Pak Harto
Di berbagai daerah di Indonesia, wayang merupakan suatu seni pertunjukkan yang populer. Pagelaran wayang mampu memikat banyak orang untuk berdatangan menyaksikannya. Selain sebagai alat seni, wayang juga menarik minat pecintanya untuk di gunakan sebagai aksesoris yang mempercantik ruangan, bahkan tak sedikit yang mengkoleksinya. Wayang telah menjadi salah satu dari sekian banyak ciri khas budaya Indonesia.

(malesmandi.com)

Selain terkenal karena gua-gua dan pantai-pantai dengan karang karst nya, siapa sangka jika di Wonogiri pelancong dapat menjumpai Museum Wayang Indonesia. Di tempat ini tersimpan ratusan koleksi wayang dari berbagai jenis seperti wayang kulit, golek, beber, klithik, wayang wahyu, mini, krucil, kompeni, wayang tembaga, wayang kertas, juga wayang suket. Wayang-wayang itu berasal dari berbagai daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, bahkan ada Wayang Potehi khas negeri tirai bambu. Terdapat pula wayang yang berasal dari abad ke-17. 

(malesmandi.com)
 
Museum ini diresmikan pada 1 September 2004 oleh Presiden Megawati atas prakarsa Bupati Wonogiri, H. Begug Poernomosidi, yang juga merupakan seorang kolektor wayang dan mampu mendalang.
Meseum Wayang Indonesia terletak di Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri tepatnya di Jalan Raya Wonogiri-Pracimantoro km 13. Bangunan museum dulunya adalah rumah Pak Bei Tani M Ng. Prawirohardjo, paman dari Presiden RI kedua, Soeharto. Pak Harto semasa kecil hingga remaja pernah diasuh di rumah ini oleh pamanya. Kini perabotan peninggalan beliau masih bisa dijumpai di sini. Jadi selain mempelajari tentang wayang, pengunjung juga bisa napak tilas sejarah di museum ini. 

(malesmandi.com)
 
Belum afdol bila belum singgah ke museum tertua di Indonesia
Surakarta memang bukan pusat pemerintahan Provinsi Jawa Tengah. Namun dari dulu hingga sekarang, kota yang juga disebut Solo ini merupakan kota yang kaya akan budaya dan punya sejarah yang panjang. Di museum yang di bawah naungan Yayasan Paheman Radyapustaka Surakarta ini tersimpan berbagai benda bersejarah mulai dari benda purbakala hingga benda bersejarah era VOC.
(id.wikipedia.org)

Museum Radya Pustaka didirikan oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, seorang patih di era Pakubuwono IX, pada 28 Oktober 1890. Museum yang awalnya menempati dalem di kepatihan tersebut kini dipindahkan ke bangunan kuno bekas rumah seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar yang berlokasi di Jalan BS Riyadi, Laweyan, Kota Solo.

(liputan6.com)

Di halaman depan museum, pengunjung akan disambut oleh patung pujangga termasyur dari keraton Surakarta, Ronggo Warsito. Patung ini diresmikan oleh Bung Karno pada 1953 silam. Di dalam museum terdapat arca-arca peninggalan zaman kerajaan Hindu-Budda yang ditemukan di daerah Solo dan sekitarnya, salah satunya adalah arca Roro Jonggrang yang merupakan perwujudan Dewi Durga. Benda-benda sejarah Kasunanan Surakarta juga tertata rapi yang meliputi meriam, koleksi wayang dan keramik, pusaka adat, buku-buku dan surat-surat kuno, hingga kotak musik pemberian Napoleon Bonaparte pada Pakubuwono IV. Yang menarik perhatian adalah patung keramat Kyai Rajamala yang merupakan patung kayu berbentuk kepala raksasa karya Pakubuwono V. Di serambi museum dapat dilihat beberapa meriam beroda peninggalam VOC abad 17-18.
(www.surakarta.go.id)

Mengunjungi museum terlengkap di Jawa Tengah
Tak salah bila dikatakan bahwa Museum Ronggowarsito merupakan museum yang lengkap. Bagaimana tidak, berbagai hal mengenai warisan budaya Jawa Tengah ada di sini. Museum yang berada di ibu kota Jawa Tengah tersebut menyimpan berbagai jenis koleksi mulai dari geologi, arkeologi, historika, numismatik, fiologi, heraldika, ethnografika, kramologika, teknologika, dan seni rupa. Dengan hampir mencapai 60 ribu koleksi, tak heran bila memerlukan areal yang cukup besar untuk menyimpannya. Museum yang diresmikan pada 5 Juli 1989 ini menempati empat bangunan gedung yang masing-masing memiliki dua lantai.
(www.klikhotel.com)

Di Gedung A lantai I merupakan wahana geologi yang memamerkan koleksi batuan mulia, stalagnit, stalagmit, sampai batu meteorit yang sempat menggegerkan Karanganyar pada 1984 lalu. Lantai diatasnya menyajikan wahana arkeologi seperti fosil dan juga binatang-binatang yang sudah punah untuk diawetkan.

(andreaderabal.blogspot.com)

Beralih ke Gedung B lantai I yang menyimpan benda sejarah peninggalan kerajaan Hindu-Budha di Jawa Tengah semisal arca, prasasti, dan miniatur candi. Tak ketinggalan pula benda-benda dari masa awal penyebaran Islam. Sedangkan di lantai II turut dipamerkan berbagai macam batik, gerabah, dan keramik dari berbagai daerah.

(coretanpetualang.wordpress.com)

Gedung C lantai I merupakan tempat untuk menyimpan peninggalan zaman kemerdekaan. Selain itu dapat dilihat pula diorama pertempuran yang terjadi di beberapa palagan yang ada di Jawa Tengah seperti Pertempuran Lima Hari Semarang dan Peristiwa Ambarawa. Di lantai kedua pengunjung dapat menemui ruang teknologi tranportasi, mata pencaharian, industri, dan kerajinan yang kesemuanya menggunakan teknologi tradisional. 

(tripadvisor.com)
 
Sampai pada gedung yang terakhir, lantai dasarnya digunakan untuk memamerkan tentang pembangunan, numismatik, heraldika, tradisi nusantara, dan ruang intisari. Sedangkan lantai kedua berisi ruang kesenian yang menyuguhkan benda-benda kesenian seperti alat musik tradisional, wayang, dan kesenian khas Jawa lainnya. Bagi siapa saja yang tertarik mengunjunginya silakan saja datang ke Jalan Abdulrahman Saleh No 1 Semarang.
(tripadvisor.com)

"Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah"


Sumber:
coretanpetualang.wordpress.com
dewirieka.com
id.wikipedia.org
indotravelguides.com
liputan6.com
sorotpurworejo.com
tekno.com
travel.detik.com
travel.kompas.com
www.indonesiakaya.com
www.indoplaces.com
lastrisulas.blogspot.com
www.museumindonesia.com
www.pesona.co.id


Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Judul: Yuk Jelajahi Museum-museum yang Ada Di Jawa Tengah !
Ditulis Oleh Alfiandi's Blog
Jika mengutip harap mencantumkan sumber dan memberikan link menuju ke artikel Yuk Jelajahi Museum-museum yang Ada Di Jawa Tengah ! ini. Segala bentuk pelanggaran hak cipta akan dilaporkan ke DMCA Takedown. Komentar yang tidak sopan dan tidak berhubungan dengan topik seperti promosi, jualan, dsb tidak akan dipublikasikan. Terima kasih atas perhatiannya. Happy Blogging :)
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »
Thanks for your comment